Berita dan peristiwa ini memang sudah terjadi sekitar setahunan lebih, tapi saya ingin menuliskan sesuatu dan berharap peristiwa serupa tidak terulang lagi dikemudian hari, nilai-nilai toleransi yang telah diajarkan oleh leluhur kita harus tetap jaga agar terciptanya kedamaian di bumi Indonesia yang memiliki masyarakat yang majemuk ini dapat terus lestari.

Malu rasanya ketika sebagian umat islam yang merasa paling beriman terganggu dengan berdirinya sebuah patung dewa perang di kota Tuban, macam-macam alasan mereka teriakan, mulai dari alasan Tuban kota wali, tidak ada kaitannya dengan sejarah bangsa, ukurannya yang terlalu tinggi dan besar dari patung-patung pahlawan, sampai alasan yang menurutku berbau SARA yaitu agama dan Ras.

Monggolah kalian ributkan dan robohkan jika memang ada patung berdiri di sebuah masjid, lah ini patungnya berdiri kokoh di sebuah halaman Klenteng, tempat peribadatan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pelaksanan peribadatan umat islam kok malah kalian ributkan. Lucunya info dari berbagai media, yang meributkan justru mereka yang dari luar kota Tuban yang merasa paling Agamis dan Nasionalis.

Rusaknya Rajutan Cinta dan Toleransi Umat Beragama

Namun dengan ulah mereka yang seperti itu justru akan merusak rasa Nasionalisme dalam hal Toleransi Bergama yang telah menjadi nilai luhur bangsa ini. Sebagai umat islam, mungkin kita harus kembali membuka pelajaran lama tentang bagaimana dakwah walisongo, dimana dakwah islam yang dilakukan walisongo sangat menjungjung tinggi nilai toleransi, walisongo memasukan islam ke bumi nusantara tanpa merusak Candi dan Pura yang menjadi tempat peribadatan umat Budha dan Hindu dimana agama ini telah lebih dulu ada di Indonesia, namun justru dengan jalan dakwah yang demekian walisongo mampu mengislamkan nusantara.

Nilai-nilai toleransi itu terus-menerus diturunkun ke ulama-ulama dan umat islam Nusantara hingga sampai saat ini dalam naungan wadah Jamiyah Nahdlatul Ulama, maka jangan heran jika Nahdlatul Ulama akan mengecam setiap tindakan sebagian umat islam yang tidakannya sama sekali tidak mencerminkan wajah islam nusantara.

Ayolah, kita rajut kembali nilai-nilai Toleransi yang akhir-akhir ini dirusak oleh sebagian umat islam sendiri, mari kita belajar kepada Kanjeng Nabi, mari belajar kepada Walisongo, mari belajar kepada ulama-ulama Nusantara tentang bagaimana Islam yang Rahmatan Lil Alamin, dan mari kita gunakan akal kita dalam memahami agama agar out put dari beragama adalah hal-hal yang menggembirakan untuk semua makhluk. Salam waras dan Cinta Damai dari saya untuk kita semua. Wassalam.

BACA JUGA POSTINGAN LAINNYA: