Setelah sebelumnya dulu pernah memposting tentang Masa Kecilku Dan Teman Yang Kita Rindukan, pada hari ini aku akan melanjut tulisan yang masih berkaitan dengan postingan yang itu. Ya, masa kecil memang menjadi masa yang banyak diisi dengan belajar dan bermain, kecuali untuk sebagian anak yang memang sudah sedari kecil terpaksa bekerja karena memang keadaan ekonomi keluarga, jangankan belajar waktu bermain pun mereka terenggut oleh keadaan, tentu kita sudah sering melihat anak-anak kecil yang mengamen, memulung, dan bekerja lainnya baik secara langsung di jalanan kota-kota maupun di acara TV TV. Tapi jujur saja, aku menaruh hormat dan salut pada mental mereka.

Ok, balik lagi ke topik, sebagai anak yang ditakdirkan lahir di sebuah kampung, tentu sudah tak asing dengan berbagai macam permaianan tradisonal, karena aku sendiri juga memainkannya dan menjadi saksi sejarah berbagai permaianan tradisinal itu. Banyak permainan-permainan tradisional yang seru dimainkan saat musim libur seperti saat tapi hanya beberapa yang akan aku tulis disini. baiklah langsung saja berikut beberepa permainannya.


Gasing/Panggalan
Gasing atau di daerah saya menyebutnya panggalan adalah permaian yang memang sering dipermainkan dulu, gasing biasanya dibuat sendiri menggunakan kayu yang kuat bisa dari kayu jambu, mlinjo, atau lamtoro (petai cina) dengan membetuknya sedemikian rupa dan dikasih paku pada ujung bawahnya, kayu tersebut bisa kita cari di sawah atau di pekarangan-pekarangan (hahah a padahal ma nyuri), nah untuk bagian tali bisa dibuat menggunakan kulit pohon waru yang direndam dulu atau kain sarung yang disobek lalu ditambang.

Nah untuk permainannya sendiri awalnya kita akan memainkan gasing secara bersamaan untuk menentukan posisi-posisi tingkatan, siapa gasing yang paling lama berbutar akan menempati posisi Raja, disusul Ratih,dan seterusnya tergantung banyaknya pemain. Nah ketika posisi tingkatan sudah di tentukan saatnya lah permainan dimulai, pemain dengan tinggkatan paling rendah(3) memutar gasingnya untuk dikenai atau dihajar (dibantan) oleh pemain yang tingkatannya berada diatasnya(2), jika gasing yang dihajar(3) tadi masih berputar maka bisa meminta bantuan pada pemilik gasing yang tingkatannya lebih tinggi lagi(1) unruk menghajar asing nomer(2) tadi agar yang gasing yang tingkatan paling rendah(3) tadi naik tahta. Begitu seterusnya.

Ada beberapa istilah dalam permaian gasing tadi, misalnya Tireng (mati bareng) dimana gasing yang menghajar dan yang dihajar masih berputar lal berhenti berputar secara bersamaan. Ada juga Bantan atau Mbantan yaitu menghajar gasing lawan yang berputar agar berhenti berputar, ada lagi Nggebod atau apayah bahasa Indonesianya? pokoknya Nggebod gasing tidak mau berputar saat dijalankan disebabkan oleh ikatab tali yang terlalu kuat atau kendor, nah ada lagi Cecel dimana bodi gasing tersayat akibat hajaran gasing lain atau membentur batu.

Kelereng/Penekeran
Kalau menurutku sih ini ngga tradisional-tradisional amat, karena permaian kelereng ini untuk memainkannya harus beli, tapi kelereng atau penekeran ini menjadi salah satu permainan yang juga sering dimainkan. Untuk memainkannya biasanya kita akan membuat lingkaran sebagai tempat mengumpulkan pasangan (maksudnya bukan pasangan hidup), kita akan mengumpulkan kelereng ditengah lingkaran tadi yang jumlahnya sesuai kesepakantan, bisa lima, sepuluh atau lebih tiap anaknya. Selanjutnya kita akan mengocok dan melempar gaco (kelereng yang digunakan untuk mengarah) secara bersamaan untuk menentukan siapa yang mengarah lebih dulu, biasanya kelereng yang terjauhlah mengarah pasangan duluan. kaya judi yah.

Sama halnya dengan permainan gasing tadi, dalam permaianan kelereng pun juga mempunyai banyak istilah, sebut saja namanya Gopak, gobak adalah sebutan untuk kelereng sudah pecah, kelereng ini sudah tidak boleh lagi untuk pasang. selanjutnya Brecek, Brecek adalah sebutan untuk kelereng yang sudah hampir Gopak, nah untuk yang ini masih boleh untuk pasang. selanjutnya lagi ada Ngeprak, lah yang ini sebutan mengarah kelereng yang ada di dalam lingkaran untuk mengeluarkan sebenak-banyaknya. Gejil dan Ciplak yaitu mengarah satu kelereng sekuat-kuatnya, bedanya Gejil dengan Ciplak adalah jarak kelereng yang mengarah dan yang diarah, Gejil (jarak dekat) dan Ciplak (jarak jauh). ada lagi Tempong dan Tilis (tolong bacanya jangan dibalik), Tempong itu mengenai kelereng agar memantul agar mendekat ke kelereng lain, sedangkan Tilis adalah mengenai sedikit dan juga agar mendekat ke kelereng lain. dan yang terahir Kewong dan Sentrok, Kewong dan Sentrok adalah mengararahkan kelereng sekencang-kencangnya bedanya Kewong tanpa mengangkat tangan, dan biasa Sentrok tidak diperbolehkan karna dianggap curang.

Eh masih ada lagi ding, Ngejer dan Mekbur Ngejer itu sebutan untuk gaco yang masuk kedalam lingkaran ketika mengarah pasangan, dan Mekbur (dimek mabur atau artinya dipegang mati) adalah ketika pemain memegang gaco padahal belum mendapat gililiran untuk megerah (tapi biasanya peraturan Mekbur tergantung kesepakatan awal), ketika si pemain Ngejer atau Mekbur maka si pemain tidak bisa melanjutkan permainan dan harus menunggu permainan selesai, kalaupun ingin melanjutkan permainan maka harus memasang kelereng kembali (itupun juga tergantung kesepakatan awal).

Mungkin itu saja dulu permainan tradisional yang bisa aku bahas kali ini, lain waktu lanjut lagi dengan permainan yang lainnya. Owh yang setiap daerah pasti mempunyai penyebutan permainan yang berbeda dengan daerah yang lain, begitu juga cara memainkannya. seperti di Jakarta, kelereng yang juga sering disebut gundu.

Baiklah, selamat merayakan Natal buat teman-teman Kristiani yang merayakan dan selamat menyambut Tahun baru 2019 dan menikmati libur untuk kita semua. Terimakasih dan Wassalam.

BACA JUGA POSTINGAN LAINNYA: