Pemainan ini sebenarnya sudah lama ada bahkan sebelum saya lahir, penyebutan permaianan ini pun sebenarnya punya nama yang berbeda di setiap daerah seperti nok-nok, clackers, dan tek-tek. Lato-lato sendiri disinyalir berasar dari bahasa suku Bugis diambil dari kata kajao-kajao, artinya nenek-nenek. Kata tersebut akhirnya berubah pengucapan menjadi kato-kato dan kemudian lato-lato.
Dibalik permainan yang viral ini ada sisi positif dan sisi negatif yang bahkan membahayakan untuk si pemainnya. Saya tuliskan dulu dari sisi negatifnya.
Beberapa kali saya membaca kabar dari status di medsos dan berita di media online ada anak yang jadi korban dari permainan ini. Kebanyakan dari yang dialami korban adalah benjol pada bagian dahi, dan lengan. Namun ada juga yang lebih serius dan bahaya yaitu ketika bandulan lato-lato ini mengenai bola mata seperti yang dialami anak umur 8 tahun di Kalimantan Barat, beritanya bisa kalian baca situs berita Detik.com.
Selain itu sisi negatif lainnya adalah suara yang dihasilkan sangat berisik, apalagi yang memainkan anak-anak yang kadang tidak mengerti aturan tempat dan waktu, mereka memainkan lato-lato dimana saja dan kapan saja. Seperti bermain disiang hari di pemukiman yang ada bayi sedang tidur atau ada orang sakit yang perlu istirahat, ada juga yang bermain ditempat ibadah saat akan sholat.
Dilain sisi negatif tentu ada sisi positifnya juga, permainan lato-lato yang memainkanya dengan cara digerakan, tentu ini akan melatih motorik otak dan tangan anak yang artinya bagus untuk melatih tingkat fokus si anak.
Sisi postif lainnya permainan ini dapat mengurangi anak dari kecanduan bermain gadget dan membuat anak lebih sering berkumpul dan berinteraksi dengan temannya untuk bermain bersama. Namun tentu saja apapun permainannya kita sebagai orang tua harus tetap mengawasi dari hal-hal yang tidak kita inginkan.
