Ntah sudah yang barapa kali saya mendengar berita tentang penangkapan seseorang akibat ulahnya yang salah dalam menggunakan medsos, mereka menggunakan medsos untuk menebarkan kebencian dan fitnah terhadap Pemerintah dan aparatur negara, dulu ada penangkapan seorang wanita pemilik akun facebook bernama Sri Rahayu Ningsih, ia diduga telah menyebarkan kebencian kepada Bapak Presiden Jokowi, ia mengumbar kebencian dengan begitu vulgar, ia mencaci dan juga menfitnah tanpa punya dasar, ia menantang aparat penegak hukum tanpa rasa takut sedikitpun.

Ada kasus Sri, ada juga kasus Donald Ignasius, ia seringkali mengupload video-video dan menyebarkan kebencian terhadap kelompok masyarakat tertentu yang berbau SARA, ntah apa sebenarnya apa yang mereka cari dari perbuatan yang mereka lakukan, menilik dari akun keduanya mereka begitu percaya diri melakun penyebaran kebencian tanpa rasa takun sedikitpun terhadap kemungkinan hukum yang akan menjerat mereka, aku beranggapan mungkin ada kekuatan besar dibelakang mereka yang siap membelanya.

Lebih dulu lagi sebulum kasus Sri dan Donald, ada seorang Prof (ntah profesor atau profokator) bernama Tamim Pardede yang juga harus berurusan dengan pihak berwajib akibat ulahnya di media sosial terkait Hate Speech, ia menggembar-gemborkan isu PKI serta penghinanaan terhadap pemerintah dan aparat kepolisian, tentu masih banyak lagi kasus-kasus fitnah, ujaran kebencian terhadap pemerintah dan instansinya serta ulama-ulama NU yang hampir sama yang ahirnya hanya sampai pada permohonan maaf sang pelaku.

Dan yang terbaru adalah penetapan tersangka Sugi Nur Raharja oleh kepolisian dalam kasus pencemaran nama baik terhadap Banser NU dan Ansor. Orang yang sering disebut ustadz oleh alumni 212 Monas ini kerap menyerang dengan perkataan tanpa dasar kepada Ormas NU khususnya Ansor dan Banser NU melalui video-video yang diunggahnya melalui akun media sosialnya, tidak hanya kepada Ormas NU, ia kerap juga memfitnah pemerintahan Presiden Jokowi dengan Sebutan Rezim PKI, antek Asing dan lain sebagainya.

Dan ada yang lebih miris yaitu nasib seorang di pelariannya yang entah bagaimana nanti akhir ujung ceritanya, ia menerima dari semua apa yang telah dilakukannya di Negeri yang kucintia ini, dulu ia bak singa yang lantang berani dengan siapapun yang ia anggap sebagai lawan dan musuhnya, bahkan ia berani menantang dengan gaya petentang-petenteng mengajak mubahalah ulama kami Gus Dur allahu yarham, tidak hanya menantang mubahal ia bahkan berani menghina fisik Gus Dur dengan menyebut buta mata buta hati. Ya apapun akhirnya, kini mereka telah Memetik Buah Dari Pohon Fitnah Yang Mereka Tanam.

Ini jelas menjadi pelajaran untuk kita semua agar lebih bijak dalam bertutur kata dan menggunakan media sosial, ya gunakanlah mulut dan medsos untuk hal positif dan bermanfaat seperti saling tukar ilmu, buat dagang, bincang-bincang dan guyon dengan kawan yang jauh, atau nyari pacar buat jomblo-jomblo ngenes kaya kalian. Jangan sampai gara-gara salah bermedsos kalian jadi Tercyduk. Salam waras, salam cinta dan damai untuk kita semua. Wassalam.

BACA JUGA POSTINGAN LAINNYA: