Dari semua kegalauan, baik dari sektor ekonomi, sosial, dan psikologi, ternyata laki-laki sangat matching untuk menghadapinya bersama perempuan. Tidak bisa sendiri. Harus berdua. Contoh dari sektor ekonomi, laki-laki lebih mampu mencari uang dan memang keharusannya dan wajibnya mencari nafkah.

Misal pas awal bulan, seluruh atau sebagian uang gaji di-manage istri. Ada nafkah khusus buat istri, ada juga dana umum. Istri yang lebih paham masalah furu' bakal lebih mampu menghandle ini. Really.

Kalau laki-laki yang menghandle masalah ini, istri bisa terdzalimi. Rumah tangga bisa rapuh. Sudahlah, biar ditangani istri saja. Nanti pas belanja bulanan, istri cari semua barang di semua rak, suami cuma cari satu, yups bangku atu Smoking Area untuk ngudud . Atau sekedar menjaga anak-anak di sudut tempat main mandi bola. Ini baru urusan Ekonomi keluarga, belum yang lain-lainnya.

Pun urusan asmara percintaan, coba kita tengok kisah nenek moyang kita Nabi Adam a.s. yang dulu tinggal di surga. SURGA LOH! Apa sih yang ga enak di Surga? Enak semua, Apa-apa asyik. Tapi semegah-megahnya hidup beliau di Surga, tetap saja beliau suatu ketika merasa galau dan kesepian. Ada yang kurang. Ada fitrah yang belum dilengkapi. Ada relung jiwa yang belum terisi. Perempuan. Ah, itu dia.

Hidup laki-laki sehebat apapun tetap saja Dependant pada makhluk halus bernama 'Perempuan'. Maka, Allah berikan pasangan hidup untuk Nabi Adam, yups Ibu Hawa.

Tapi memang sudah lazimnya. Susah seneng hidup tetap saja ada ujiannya. Nabi Adam meminta perempuan, namun kemudian dengannyalah beliau terjatuh. Ke bumi. Tempat dimana anak cucu keturunannya kini tinggal. Ya mereka pun menghadapinya bersama. Intinya laki butuh perempuan, perempuan juga butuh laki. Maka jadilah pasangan yang Simbiosis Mutualisme. 😂😂

BACA JUGA POSTINGAN LAINNYA: